Pada 17 Des 2009, selepas menginap di Cinangsi abah kepingin napak tilas sekalian mengusap kemegahan ciptaan Allah SWT berupa batu Kubang yang terletak dijalan Sempong dalam perjalanan ke Alun2 Cilimus.
Ada kisah khusus yang katanya, wak Djatmi (teteh dari bapakku) pada suatu dinihari di tahun 1948 sepulangnya dari Jakarta ditemukan oleh pedagang tembakau bersepeda yang mau berangkat ke Cirebon. Wak Djatmi dalam keadaan setengah sadar dan teramat ketakutan. Lalu ditolong oleh orang kampung yang dibangunkan dan dibawa kepada seorang mualim. Katanya sih beliau melihat ada seekor harimau yang menyeringai dan menghardiknya dari atas batu dalam gelapnya malam berbintang itu. Dipercaya harimau jadi2an itu adalah pengawal desa yang justru mengawalnya dalam perjalanan malam dari Cilimus ke Linggajati yang saat itu masih rawan dengan sering hadirnya binatang2 liar. Wallahu'alam.
Dalam perjalanan di Sempong abah berjumpa dengan keluarga keturunan dari wak Sutari mantan suami wak Djatmi yang menurunkan anak lelaki Kamul Suta Atmadja. Abah lalu bersilaturahmi sekalian melakukan pencatatan buat mengisi blog Silsilah dan mengambil beberapa potret mereka buat dokumentasi. Ketiga nama tersebut sudah wafat, ibu dan anak dimakamkan dipasarean Ciwerak Linggajati. Dijalan menuju Cilimus, abah mengamati satu bangunan masjid Fathurrahmaan yang cantik megah dengan satu prasasti yang khas daya tariknya.