Abah mah suka ingat aja saat kecil di bulan Ramadhan di Linggajati Cilimus Kuningan, dimalam lilikuran minta ijin kepada Nini Djuibah untuk hadir dimasjid. Karena suka sekali mendengarkan saat dilakukan genjringan yang riuh rendah bersemangat itu. Yang bikin aneh mah yaitu penerangan lampu karbit yang digantung di setiap tiang dan pelataran masigit. Tentunya suasana masigit menjadi terang benderang, sampai sampai setiap buras atau papais yang dihantarkan oleh kaum ibu tampak nyata dan amat mengundang selera. Hatur maklum aja yah kan waktu itu di warsih 1951 abah masih olol leho keneh, baru menjelang sakola di SR Manislor Jalaksana Kuningan tea.
Menurut ceritera dari Imam Rawatib ini, masjid ini dibangun pada tahun 1830 oleh seorang Demang yang mewakili Sultan Hasanuddin dari Kasultanan Banten. Diruang lampu gantung yang antik banget, tampak tulisan di sebilah papan bercat hijau pupus berkeliling yang berbahasa Jawi. Lalu mesjid ini dipugar dan diresmikan pemanfaatannya untuk pembangunan mental spirituil pada 1 September 1990.
Meskipun dipugar, tapi interior masjid ini masih tampak keasliannya. Terutama bentuk paimbarannya.
siiiiippppp
BalasHapusmaaf ini dengan akang cp ya
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusHatur nuhun parantos kaaos, mugi henteu janten wagelan. Abdi pun Eman bin Rais bin Willadirana. Bumi patilasan pun Nini Djuibah binti Satjawidjaja aya di Dayeuh, dilinggihan ku teteh Emah Kamul. Wassalam.
BalasHapushttps://www.facebook.com/AbahGaby
emanrais@hotmail.com
http://pancakaki.blogspot.com/ Seri A Kodenasab A.2.7.1
0881 161 2622